"Gelombang laut dan bandul lonceng menjadi inspirasi Zamrisyaf. Periset pada Divisi Penelitian dan Pengembangan PT PLN (Persero) ini merancang pembangkit listrik dengan energi gelombang laut yang menggerakkan bandul kemudian diubah menjadi energi penggerak roda gila dan turbin listrik.
Zamrisyaf mendaftarkan teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut-sistem bandulan (PLTGL-SB) untuk mendapatkan paten sejak tahun 2002".
Kutipan di atas, saya ambil dari sebuah laman nasional. Judulnya membuat saya tertarik "Listrik dari Gelombang Laut Menjanjikan".
Apa yang dilakukan salah seorang periset PLN ini sangat menjanjikan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pulau-pulau terluar. Rasanya, teknologi ini bisa menjadi pelipur lara mereka yang hingga Indonesia merdeka selama hampir 66 tahun ini belum menikmati fasilitas listrik.
Listrik menjadi barang yang mahal di pulau, masyarakat sudah terbiasa dengan gelap. Orang yang mampu menggunakan mesin genset, sementara yang tak mampu menggunakan pelita minyak tanah. Begitulah kenyataan yang dihadapi masyarakat pulau.
Respon pemerintah sebenarnya sangat cepat untuk masyarakat pulau. Mereka dengan giat melakukan pembangunan, tapi pembangunan salah arah. Kenapa begitu??
Karena pembangunan tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat pulau. Kesannya hanya ingin menghabiskan budget anggaran yang tersisa di kas kantornya. Kata lainnya, pembangunan tidak pro rakyat tapi pro kantong pejabat. Itulah kejadian nyata di negeri ini.
Ada pulau yang membutuhkan fasilitas air bersih, malah dibangunkan fasilitas kantor imigrasi. Ada yang butuh SPBU, malah dibuatkan terminal angkutan umum yang luas, padahal mobil angkutan yang ada hanya sedikit. Jelas itu sama saja buang-buang uang untuk kebutuhan yang tidak perlu. Dan masih banyak lagi contohnya.
Kembali ke listrik. Anak-anak pulau butuh untuk bisa melihat dunia luar. Kenapa bisa listrik dijadikan jendela buat melihat dunia luar?? Padahal listrik hanya menghasilkan energi yang bisa menghidupi alat-alat elektronik. Dengan listrik, mereka bisa menonton televisi, mendengarkan radion bahkan membuka internet menggunakan komputer. Sepintas listrik memang bukan kebutuhan pokok, tapi di pulau listrik jadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi jika ingin maju.
Dari listriklah, sumber daya manusia (red-SDM) berkualitas bisa dipenuhi oleh masyarakat pulau. Mereka tak tertinggal beribu-ribu langkah dari teman-teman mereka yang tinggal di kota.
Yang jelas masyarakat pulau butuh listrik. Mereka butuh lebih dari satu orang seperti Zamrisyaf, mau meriset apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat pulau. Tapi kapankah, teknologi itu bisa direalisasikan?? Jangan-jangan penemuan hanya akan mengisi daftar pustaka tempatnya bekerja. Mudah-mudahan, birokrasi dan administrasi tidak menghalangi pembangunan fasilitas temuan Zamrisyaf..
Salam Ujung Negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar